Pages

Subscribe:

Minggu, 15 Januari 2012

Cerita Bersambung "Dirimu di Hatiku"


“Dirimu di Hatiku”
Dari celah jendela mentari mulai mengintip mimpi indah ku di pagi ini. Sinarnya yang menyilaukan membuat ku terbangun dari tempat tidur ku. Ku buka jendela kamar sambil menikmati indahnya mentari pagi yang menyambut  di ufuk timur. Dengan hamparan rumput hijau di halaman dan pohon-pohon di tepi danau, menembah kesejukan pagi. Udara segar terhirup dalam-dalam hingga terasa di seluruh tubuhku. Ku ucapkan syukur pada Tuhan buat pagi yang sangat indah itu. Tiba-tiba diri ku tersadar, aku terlarut dalam indahnya pagi ini.
Jam telah menunjukan pukul 06.00, nampaknya tiba waktu ku untuk bergegeas mandi sebelum terlambat ke kampus. Empat puluh lima menit kemudian aku pun siap menuju kampus. Kuawali aktifitas ku hari ini dengan doa agar Tuhan selalu menuntun langkah ku. Aku pun mulai berjalan menapaki  jalan setapak di sepanjang lorong, sambil memasang headset dan mendengarkan lagu kesukaan ku. Hingga akhirnya aku tiba di kampus dengan selamat.
“selamat pagi Astrid?”, aku terperanjat mendengar suara seorang laki-laki menyapa ku. Nampaknya suara tersebut tidak asing di telingaku. Yach memang benar, itu adalah suara Radit. Dia adalah senior ku. Aku mengenalnya sejak aku semester satu. Dia selalu menolong ku mengerjakan tugas yang sulit untuk ku mengerti. Kak Radit orang yang sangat baik dan perhatian, sikapnya itu membuat ku kagum dan suka padanya tapi bukan hanya aku saja, banyak mahasiswi lain  yang juga menyukainya, mungkin karena sifatnya yang ramah itu. Baru kali ini aku mengagumi seseorang dalam hidupku namun Aku tak berani mengunkapkannya. Perasaan ku terus tersimpan dalam hati. Sebuah diari yang kumiliki hanya penuh dengan kisah perjalanan ku saat bersamanya. Bulan depan dia akan wisuda. Sebenarnya Aku merasa sangat sedih karena setelah wisuda aku mungkin tak bertemu lagi denganya. Saat itu Aku menatapnya dan berkata, “yaa. Selamat pagi juga kak ”, jawabku sambil melemparkan senyuman kepadanya.
“ Nampaknya Kamu sangat ceria pagi ini, ada apa? ”, tanyanya penasaran.
Sambil tersenyum aku menjawab,” tidak ada apa-apa kak, aku hanya ingin tersenyum saja. Kan senyum itu bagian dari ibadah (sambil sedikit nyeleneh)”.
“ hahaaaaa…btw Kamu ada kuliah apa?”, Tanya ka Radit kembali.
“ Oh… aku ada kuliah fisika”, jawabku singkat.
“ Ya sudah cepat ke kelas mu, sepertinya dosen mu sudah datang”, sarannya sambil memandang ke halaman parkir melihat Pak Daud membawa tas ranselnya dan beberapa kertas di dalam tas plastik. Aku pun bergegas menuju ruang kelas. Kulihat teman-teman sudah duduk rapi di kursi mereka. Lima menit kemudian Pak Daud telah tiba di kelas dan mengeluarkan tumpukan kertas dari tas plastik miliknya. Ternyata kertas itu adalah kertas hasil ujian kemarin. Huhf..! aku menghembuskan nafas, penasaran dengan hasil ujianku.
Satu persatu hasilnya di bagikan dan,”… Woww.. it’s amazing..!”, nilai ku sangat memuaskan. Betapa senang hati ku saat itu.
Setelah perkliahan selesai aku pun bersiap pulang. Tiba-tiba kak Radit datang menyapa ku. “Hei, Kamu sudah mau pulang ya..?”.
“Iya kak”, jawab ku sambil tersenyum.
“kalau begitu barengan aja, kebetulan aku pulangnya sendirian”. Sambung kak Radit.
“ ehmm..mm.. tapi kan rumah kita berlawanan arah?”, kata ku.
“lho memangnya kenapa? Aku juga sekalian mau main ke rumah kamu, boleh kan?” tanyanya.
“boleh saja”, jawab ku sigap. Betapa senang hati ku memiliki kesempatan bersamanya lagi.
“kalau begitu, ayo berangkat”. Ajak kak Radit semangat.
Aku pun pulang bersama kak Radit. Siang itu matahari sangat terik. Setibanya di rumah, aku mempersilahkan dia duduk di ruang tamu dan menyodorkan secangkir minuman dingin. Beberapa saat kami bersenda gurau bercerita tentang perilaku lucu senior-senior di kampus. Setelah tawa kami terhenti kemudian  dia menyodorkan sebuah amplop berwarna biru tua dengan perpaduan warna kuning, sepertinya berisi kartu undangan. Hati ku tiba-tiba terperanjat. Pikiran ku menjadi kacau dan penuh dengan pertanyaan saat melihat undangan itu.
“Lho kok bengong?” suaranya memecah hayalanku saat itu.
“Ini  undangan apa kak?” tanyaku penasaran.
“Buka saja”. Jawab kak Radit sambil tersenyum.
Amlop biru kuning yang polos itu hanya kutatap sambil terdiam. Rasanya aku takut membuka amplop itu. “Nanti saja kak saya buka”, kata ku dengan nada dan senyum yang agak terpaksa.
“Oh, ya sudah. Kamu harus datang ya? Acaranya minggu depan.” Kata kak Radit.
“Iya kak”, jawab ku singkat.
“ kalau begitu aku permisi dulu, aku mau ke rumah teman”, lanjut kak radit sambari berdiri meninggalkan kursinya.
“Hati-hati di jalan Kak”. Kata ku sambil mengikuti langkahnya menuju teras. Aku terus memandanginya hingga menghliang di  ujung jalan.
Hati ku pun penuh tanya. “Apa isi amplop itu, nampaknya sebuah undangan pertunangan, tapi dengan siapa?”. Kegelisan dan kesedihan menyerang hati ku, membuat aku tak ingin membuka amplop undangan itu. Aku membawanya ke kamar, kunaiki tangga satu persatu sambil memperhatikan amplop undangan itu. Waktu siang ku hanya ku pakai untuk menatap amplop undangan itu. “Jika ku buka, dan ternyata benar ini undangan pertunangan? Huhff.. tidak..! tidak..! aku belum siap. Aku tidak mau meihat cowok yang aku suka bersama cewek lain”. Kata ku dalam hati. Aku meninggalkan amplop itu di atas meja.
Setelah makan siang aku kembali ke kamar dan menyambar surat undangan Radit. Aku memperhatikan surat itu sejenak. Rasa penasaran ku membuat ku segera membuka surat itu, dan aku terperanjat, “Astaga ternyata isi surat itu………………………………”
*( to be continue )*

0 komentar:

Posting Komentar